Sabtu, 06 Oktober 2012

Analisis Jurnal


Lanjut ke Kelompok 5 yang menganalisis jurnal tentang “PENGARUH VISUAL STORYTELLING KOMIK ASING PADA KOMIK INDONESIA TERBITAN PT. ELEX MEDIA KOMPUTINDO TAHUN 2004-2008” oleh Yohan Alexander, Irfansyah. Tujuan dilakukannya penelitian ini karena komik lokal terancam keberadaannya, komik terjemahan mendominasi produksi komik lokal di Indonesia, komik lokal sekarang mulai terpengaruh karakter dari komik asing terutama komik amerika, komik jepang, dan komik eropa pada saat komik indonesia tengah mencari jati dirinya. Sampel dalam penelitian ini difokuskan pada komik yang diterbitkan oleh PT. Elex Media Komputindo tahun 2000-an, diantaranya:
  Grand Pandora karya felix (2004),
  Final Distance karya Rere (2005),
  Wind Rider karya Is Yuniarto dan John G.Reinhard,
  Red Feather karya Lukman Harry (2006) ,
  Wayangbliz kabar Kibar dan Hander (2007) , dan
  Dark Venus karya Eric (2008). 
Alasan pemilihan sampel bergenre aksi tersebut karena didasarkan pada genre yang paling dominan diproduksi oleh negara Amerika, Eropa, dan Jepang. Data diperoleh dengan melakukan beberapa langkah, yaitu langkah pertama diawali dengan mengobservasi komik Indonesia terbitan PT. Elex Media Komputindo tahun 2000-an. Dipilih ke dalam beberapa sampel berdasarkan klasifikasi genre yang berlaku dalam komik. Mengidentifikasi beberapa komik asing Amerika,  Jepang, dan eropa untuk dikaji terkait ciri khas elemen visual storytelling dari masing-masing komik negara tersebut.

Sabtu, 29 September 2012

KECEMASAN

Gangguan yang didasari oleh kecemasan merupakan nama baru dari gangguan neurotik atau neurotis. Perilaku neurotik (neurotic behavior) merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan perilaku-perilaku maladaptif yang berbobotkan upaya menghindari sesuatu kondisi atau situasi dan perilaku yang didasari oleh penggunaan mekanisme pertahanan diri (defence mecanism) yang berlebihan. Pada dasarnya, gangguan perilaku ini secara jelas memperlihatkan adanya ciri maladaptif, ketidaksesuaian yang berlebihan. Pola-pola perilaku ini telah membatasi atau menghambat perilaku yang sewajarnya mampu dilakukan individu itu secara efektif dan adaptif. Pola perilaku tersebut disebut Gaya Neurotik (neuritic style) yang bercirikan inti neurotik (neurotic nucleus) dan pertentangan neurotik (neurotic paradox). Istilah neurotik pertama kali dikemukakan oleh William Cullen (1764) mengacu pada gangguan-gangguan sensasi dari sistem syaraf.

Secara khusus, Freud mengemukakan bahwa neurotik merupakan tampilan dari konflik di dalam diri (inner conflict) yang melibatkan keinginan-keinginan yang tidak dapat dipenuhi karena adanya hambataan dari superego, sedagkan ego tidak dapat membun dari superego, sedagkan ego tidak dapat membuat keputusan untuk mendamaikannya. Dalam upaya ini, terlihat apa yang disebut kecemasan (anxiety), yaitu suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya.

Terdapat 3 jenis kecemasan yang dikemukakan Freud, ialah kecemasan nyata (reality anxiety), kecemasan neurotik (neurotic anxiety), kecemasan moral (moral anxiety). Yang dimaksud kecemasan nyata (reality anxiety) adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar (api, binatang buas, orang jahat, penganiyaan, hukuman). Sedangkan yang dimaksud kecemasan neurotik (neurotic anxiety) adalah kecemasan atas tidak terkendalinya naluri-naluri primitif oleh ego yang nantinya bisa mendatangkan hukuman. Sumbernya berada di dalam diri, kecemasan neurotik pada dasarnya berlandaskan kenyataan, sebab ketakutan yang disebabkan oleh ego individu berasal di dunia luar. Adapun yang dimaksud kecemasan moral (moral anxiety) adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan superego atas ego individu berhubung individu telah atau sedang melakukan tindakan yang melanggar moral. Kecemasan moral ini menyatakan diri dalam bentuk rasa bersalah atau perasaan berdosa. Sama halnya dengan kecemasan neurotik, kecemasan moral bersifat nyata, dalam arti bahwa tekanan superego atas ego yang menimbulkan kecemasan moral itu mengacu kepada otoritas-otoritas yang nyata ada di luar individu (orang tua, penegak hukum, masyarakat).

sumber:
Wiramihardja, S.A. (2005). Pengantar psikologi Abnormal. Bandung: PT. Refika Aditama
Koeswara, E. (1991). Teori-teori Kepribadian. Bandung: PT. Eresco

Jumat, 21 September 2012

Analisis Jurnal


Dalam kuliah kedua psikodiagnostik II (observasi) ada presentasi kelompok membahas tentang analisis jurnal. Kolompok 1 membahas REALITAS  CINTA DIMATA REMAJA PEREMPUAN , Studi Kasus Sindrom Cinta pada Seorang Perempuan Remaja Pasca Filem ‘ Ada Apa Dengan Cinta oleh Maria Lauranti Stephanie. Kelompok 1 memilih jurnal ini karena menurut mereka  judul jurnal ini menarik untuk kalangan remaja, terutama remaja perempuan. Jurnal ini membahas tentang persepsi cinta dikalangan remaja setelah menonton film Ada Apa Dengan Cinta (AADC). Permasalahan yang dipaparkan Peneliti adalah sebagai berikut: bagaimana seorang remaja belajar dan percaya akan apa yang disajikan oleh media, bagaimana proses kultivasi tersebut terjadi, melihat posisi remaja tersebut sebagai reader media. Subjek penelitian adalah perempuan, usia 18 tahun . Penonton/penikmat film Ada Apa Dengan Cinta dan film lain dengan gender remaja , penikmat musik pop remaja dan sinetron remaja, dan lingkungan pergaulan yang populer. Kesimpulan dalam jurnal yang dibahas dalam jurnal kelompok 1, yaitu  pada jurnal yang mereka bahas, peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus dimana terdapat teknik observasi. metode observasi yang digunakan di dalam jurnal ini adalah  observasi partisipasi. Observasi partisipasi memungkinkan diperoleh data yang lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

Kemudian kelompok 2 jurnal penelitian psikologi mengenai mitos dalam kehamilan. Alasan pemilihan tema dari jurnal tersebut karena fenomena kehamilan paling banyak terjadi dan mudah ditemui dalam kehidupan sehari hari. Penelitian yang dilakukan dalam jurnal menggunakan metode wawancara dan observasi. Respondennya wanita wanita hamil 3 bulan tanggal 7 Agustus 2008 sampai dengan wanita hamil tanggal 25 Agustus 2008. Penelitian dilakukan dengan Observasi Sistematik Natural dan Partisipan, peneliti sudah menyiapkan hal dan peralatan untuk di observasi dan peneliti langsung terjun kelapangan yaitu di daerah Aceh. Gejala sosial ini sangat mudah dilakukan pengamatan (observasi) atas segala fakta yang ada. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara membuktikan bahwa: Mitos masih sangat berpengaruh didaerah Aceh, dimana ibu-ibu yang hamil masih menjalankan tradisi yang menyertai proses kehamilan. Mereka mempercayai bahwa mitos merupakan pengetahuan turun temurun yang diwariskan dan berkembang sebagai konsep kebudayaan dan tradisi yang berlaku hampir di sebagian besar masyarakat, yang pada akhirnya mampu membentuk pola perilaku yang menetap yang harus mereka laksanakan.

Selanjutnya kelompok 6, yaitu kelompok saya sendiri membahas tentang POST TRAUMATIC GROWTH PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA oleh Ade Fitri Rahman dan Erlina Listianti Widuri. Dalam jurnal tersebut bertujuan untuk mengetahui dinamika post traumatic growth atau pertumbuhan pasca trauma menuju perbahan hidup yang positif dan ingin memahami lebih jauh lagi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya post traumatic growth pada penderita kanker payudara. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan mengguanakan paradigma fenomenologi. Menurut Moleong (2005), metode penelitian kualitatif dalam paradigma fenomenologi berusaha mamahami arti (mencari makna) dari peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Metode observasi dilakukan bersamaan dengan wawancara mengingat kedua metode ini saling mendukung dalam mendapatkan data yang diinginkan. Observasi yang dilakukan oleh penelti adalah non partisipan, penulis hanya sebagai pengamat tanpa terlibat dalam kehidupan maupun kegiatan informan. Observasi dilakukan diluar proses wawancara dan juga selama wawancara berlangsung yang memungkinkan penulis memperoleh data yang sifatnya non verbal, antara lain: gerakan tubuh, mimik muka, ekspresi wajah, dan intonasi suara informan saat wawancara serta juga tentang bagaimana kondisi informan penelitian yang dalam hal ini adalah penderita kanker payudara.

Dari hasil jurnal yang telah kami analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat dua fakor yang mempengaruhi aspek post traumatic growth pada kedua informan. Faktor tersebut dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan pada pembahasan, dapat diketahui bahwa setidaknya terdapat 4 pertumbuhan pasca trauma atau (post traumatic growth) yang signifikan timbul dari perjuangan informan dalam menghadapi penyakit payudara ini, antara lain: peningkatan spiritualitas, positive improvement in life, proses sosial semakin tinggi, dan relasi sosial semakin baik. Ketika didiagnosis menderita penyakit yang mengancam hidupnya, individu sering memikirkan kembali makna dan tujuan hidup mereka dan mempelajari kembali prioritas mereka.

Sekian dulu ulasan dari presentasi kelompok tentang analisis jurnal…Tunggu kelompok selanjutnyaa..  ^,^



Kamis, 13 September 2012

Metode Observasi


Dalam sebuah penelitian ilmiah kemampuan yang harus dimiliki adalah observasi. Observasi menggunakan fungsi pengindraan. Ada 5 pengindraan manusia, yaitu merasa, melihat, mendengar, mencium, dan peraba. Dalam observasi yang lebih diutamakan adalah secara visual, presentase sekitar 70%. Yang tidak boleh dilakukan dalam observasi adalah menggunakan unsur-unsur subjektivitas, melainkan harus objektif. Observasi hanya mendengarkan dan mencatat.

Penelitian dengan menggunakan metode observasi kita hanya membuat deskripsi atau menyimpulkan, bukan memberi penilaian. Teori yang digunakan harus sesuai dengan metode penelitian ilmiah. Yang membuat observasi menjadi objektif adalah penelitian harus lebih dari satu dan tau betul tentang teori yang dipakai. Dalam observasi kita tidak dapat menangkap motifnya, karena observasi hanya bisa melihat yang tampak dari sebuah perilaku.

Tujuan utama metode observasional adalah untuk mendeskripsikan perilaku. para ilmuwan berusaha mendeskripsikan perilaku lengkap dan seakurat mungkin. Observasi menjadi sumber kaya bagi berbagai hipotesis tentang perilaku. observasi juga dapat menjadi langkah pertama dalam menemukan mengapa kita berperilaku dengan cara tertentu.

Metode observasi, syarat-syaratnya:
·         Teori yang digunakan harus sesuai dan tepat, objek yang diteliti, empiris, terstruktur (valid dan reliable).
Metode observasi dapat diklasifikasikan sebagai systematic dan unsystematic. Systematic dapat dibagi lagi menjadi 2 macam, yaitu natural/observasi tanpa intervensi dan unatural/observasi dengan intervensi. Natural/observasi tanpa intervensi adalah observasi terhadap perilaku dalam setting alamiah, tanpa upaya dari pihak pengamat untuk mengintervensi. Sedangkan unatural/observasi dengan intervensi ada 3 metode, yaitu participant observation, structured observation, dan field experiment. Participant observation yaitu pengamat (observer) memainkan peran ganda, yaitu mengobservasi perilaku orang-orang dan sekaligus berpartisipasi secara aktif dalam situasi yang sedang mereka observasi. Structured observation yaitu pengamat melakukan intervensi untuk menyebabkan timbulnya suatu kejadian atau untuk “merancang” sebuah situasi sehingga kejadian yang dimaksud dapat dicatat secara lebih mudah dibanding bila tanpa intervensi. Field experiment yaitu seorang peneliti memanipulasi satu variabel independen atau lebih dalam setting alamiah untuk mendapatkan efeknya pada perilaku.

Sumber : John, J. S., Eugene, B. Z., & Jeanne, S. Z .(2007). Metodelogi Penelitian Psikologi (ed. 7th). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Rabu, 13 Juni 2012

INTERVIEW


Pada hari Senin  tanggal 4 Juni 2012,  kelas psikodiagnostik melakukan interview. Kami belajar bagaimana sebagai interviewer dan yang di interview. Interview biasa dilakukan sebagai bagian dari sebuah seleksi untuk calon-calon karyawan dalam sebuah perusahaan, seleksi masuk sekolah, perguruan tinggi, dll. Dalam sebuah interviewer ada beberapa yang harus disiapkan. Misalnya, kita sebagai interviewer dalam bidang HRD. Kita diminta oleh sebuah perusahaan untuk merekrut calon-calon karyawan, yang harus kita ketahui dulu adalah bagaimana perusahaan tersebut.
 Dari sisi budaya organisasi, sistem kerja, dan pekerjaan dibagian apa saja yang akan ditempati oleh calon-calon karyawan. Setelah kita tahu dan paham tentang perusahaan tersebut, kita jadi mudah untuk melakukan sebuah interview. Karena kita sudah mengetahui kriteria yang cocok untuk calon karyawan yang akan diseleksi. Kita juga tidak akan bingung tentang pertanyaan apa yang akan kita ajukan. Yang harus dimiliki oleh interviewer tidak hanya penguasaan tentang perusahaan, tetapi seorang interviewer harus memiliki pengetahuan yang luas, bukan hanya dalam hal pekerjaan tetapi harus juga update tentang informasi-informasi baru.  
Begitu juga halnya yang perlu diperhatikan saat kita sebagai yang di interview. Kita harus menyiapkan CV, CV yang kita buat harus sesuai dengan yang sebenarnya. Isi CV mencakup biodata, pengalaman organisasi/pengalaman pekerjaan, kompetensi /keahlian yang dimiliki. CV dibuat untuk menyakinkan perusahaan tentang calon karyawan. Penampilan adalah penilaian pertama yang selalu dilihat. Mulai dari cara berpakaian, berjalan, menyapa, dan berjabat tangan. Hal-hal itu yang perlu kita perhatikan. Karena dari penampilan itulah yang mencerninkan diri kita. Tetapi selain itu yang dinilai juga bagaimana kita saat di interview, saat kita menjawab pertanyaan yang diajukan. Kita tidak boleh terlalu membanggakan diri atau pun merendahkan diri, tetapi menjawab sesuai dengan kemampuan kita. Dari cara bicara, raut muka, dan jawaban yang kita sampaikan akan terlihat jujur/ tidaknya. Penilaian dalam proses interview adalah mencakup KSAO, yaitu Knowledge, Skill, Attitude, dan Other (personality).
Ketika kami melakukan simulasi interview, dalam ruangan ada 3 orang, 2 orang menjadi interviewer I dan interviewer II dan 1 orang menjadi yang di interview. Saat saya melakukan simulasi interview, saya menjadi interviewer II, mas Seta yang menjadi interviewer I, dan Putri sebagai yang di interview. Sesi opening dibuka mas Seta dengan menanyakan kabar, keadaan, dan perasaannya saat itu. Kemudian menanyakan mengenai CV, seputar pengalaman organisasi yang saat ini dijalani. Setelah sesi interview selesai diakhiri dengan pemberian informasi setelah melakukan interview. Interview yang kami lakukan terlihat seperti sedang melakukan interview yang sebenarnya.

Sabtu, 19 Mei 2012

Observasi


 Dalam sebuah kegiatan outbound hari Sabtu, tanggal 12 Mei 2012 mahasiswa psikologi dengan mahasiswa teknik digabung menjadi satu. Dalam kegiatan ini kemudian kami dipisah menjadi 4 kelompok yang masing-masing berjumlah kurang lebih 18 orang. Diantara 4 kelompok itu saya masuk dalam kelompok dua. Ada 3 permainan, pertama permainan flying carpet, permainan dengan menggunakan terpal kecil dan 2 botol yang berisi air. Cara pernainannya adalah kelompok tersebut harus mengangkat air dalam botol dengan tutup terbuka dengan alas terpal. Semua anggota kelompok harus mengangkat bersama-sama, air tidak boleh sampai tumpah. Penilaiaan dari permainan ini yaitu air tidak boleh sampai jatuh, karena yang dilihat adalah air yang masih berisi penuh, bukan siapa yang paling cepat sampai ditempat. Butuh konsentrasi, kerjasama, dan strategi untuk melakukannya. Di kelompok saya konsentrasi dan kerjasamanya sudah baik, kami yang dulu sampai ditempat. Kerena yang dinilai adalah kualitas air. Jadi kami kalah.
Dalam permainan kedua, permainannya berjalan dengan ditutup matanya. Ada 3 orang yang mengarahkan. Cara permainannya adalah anggota yang ditutup matanya berjalan di tempat yang sudah ditentukan dengan mendengarkan arahan dari 3 orang yang memberi aba-aba. Dalam permainan ini butuh konsentrasi dan mendengarkan intruksi dengan baik. Kelompok saya  banyak yang berhasil melewati rintangan itu.
Permainan ketiga itu adalah mini nuklir, permainannya ada 2 lingkaran, lingkaran pertama berwarna kuning dan lingkaran didalamnya berwarna merah. Di tengah-tengah lingkaran ada 4 pipa yang diatasnya masing masing ada bola warna. Cara permainannya adalah kita harus memindahkan bola-bola warna itu sesuai dengan warna pipa dengan menggunakan tali-tali. Untuk melakukannya anggota hanya mengikuti instruksi dari leader, dan anggota tidak boleh ikut berbicara atau memberi arahan. Permainan ini membutuhkan konsentrasi, kerjasama, kesabaran dan stretegi yang baik. Dalam permainan ketiga ini kelompok saya tidak berhasil, karena kita kurang strategi, dan emosi dari masing-masing anggota tidak dapat dikendalikan. Banyak yang member instruksi, sehingga kita sulit untuk mendengar yang mana.Saat mengambil bola selalu jatuh, setiap anggota saling berebut posisi tali yang tepat, sehingga sampai permainan selesai belum ada bola yang berhasil dipindahkan.
Kekurangan dari permainan ini adalah terlalu banyak anggota dalam setiap kelompok, sehingga kurang efektif. Tidak semua anggota ikut bermain, sehingga tidak maksimal dalam kerjasamanya. Ada anggota kelompok yang hanya diam dan melihat saja, jadi goal dari kelompok untuk menyelesaikan menjadi biasa saja.
Kelebihannya dalam setiap kelompok kita dicampur, antara mahasiswa psikologi dan mahasiswa teknik. Bisa bekerjasama dengan mahasiswa teknik, bisa bertukar pikiran dalam memecahkan masalah disetiap permainan.
Yang dapat diambil dari permainan ini adalah bagaimana kita bekerjasama, menahan ego masing-masing dalam berdiskusi saat permainan dengan jumlah anggota kelompok yang cukup banyak, dan bagaimana mencari solusi dalam pemecahan masalah disetiap permainan.

Sabtu, 12 Mei 2012

BAKAT


PENERTIAN BAKAT
Chaplin (2002) mengartikan attitude (bakat, ketangkasan, kecerdasan, kesanggupan, kecenderungan) sebagai kapasitas untuk berprestasi dikemudian hari.

Guilford mengemukakan bahwa bakat bertalian dengan kecakapan untuk melakukan sasuatu.. terdapat tiga dimensi yang terkandung dalam bakat, yaitu:
ü  Dimensi perceptualà kemampuan didalam melakukan persepsi yang mencakup kepekaan indera, perhatian, orientasi ruang dan waktu serta kecepatan persepsi.
ü  Dimensi psikomotorà mencakup kekuatan, impuls, kecepatan gerak, kecermatan, dan kordinasi.
ü  Dimensi intelektualà mencakup ingatan, pengenalan, berpikir dan evaluatif.

Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes Inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau aptitude test. Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Contoh dari Scholastic aptitude Test adalah Tes Potensi Akademik (TPA) dan Graduate Record Examination (GRE). Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory adalah Differential Aptitude Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest Survey.

MINAT



PENGERTIAN MINAT

Hurlock (1993) minat adalah sumber motivasi yang mmendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih.

Guilford (1956) minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan dan mencari objek-objek tertentu, dan perhatian terhadap objek tersebut cenderung mempengaruhi perilaku individu dalam kegiatan-kegiatan lain.
Chaplin (1989) menyebutkan bahwa interes atau minat dapat diartikan sebagai:
1.      Suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang member pala pada perhatian seseoang sehingga membuat dirinya selektif terhadap objek minatnya.
2.      Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas pekerjaan atau objek itu berharga atau berarti bagi individu.
3.      Satu keadaan motivasi atau satu set motivasi yang menuntut tingkah laku.

Selain menggunakan tes-tes, dilakukan juga dengan cara:
  1. Wawancara
1.      Hal yang penting yang digali dalam wawancara antara lain:
·         Kegiatan-kegiatan penting selama perkembangan
·         Akibat-akibat penyakit atau kecelakaan
·         Tinggal dan dibesarkan dimana dan oleh siapa
·         Kebiasaan baik dan buruk
2.      Peristiwa-peristiwa yang relevan dengan aspirasi, kemampuan, minat dan penyesuaian diri.
3.      Tingkat sosial ekonomi
4.      Riwayat pendidikan:
-                      Mata pelajaran yang disukai dan tidak disukai
-                      Mata pelajaran yang nilainya tertinggi dan terendah
-                      Hobby
-                      Mengisi waktu luang
-                      Minat
-                      Cita-cita

  1. Observasi
Observasi di kelas, di luar kelas (sekolah), di rumah. Bila memugkinkan juga dilakukan observasi guru dan orangtua siswa.


TES MINAT
EK Strong, Jr. (1994)àStrong Interest Inventory (SII)
§  Pertama kali diterbitkan tahun 1927 bernama Strong Vocarional Interest Blank (SVIB)

SII Form T317àDeskripsi Umum:
  • Terdiri dari 317 item yang dikelompokkan dalam 8 bagian:
  • 5 bagian I à responden mencatat preferensinya dengan membuat tanda S(suka), T (tidak suka), TT (tidak tahu). Kategori soal: pekerjaan, mata pelajaran standar, aktivitas, aktivitas waktu luang, hubungan sehari-hari dengan kelompok2 orang.
  • 2 bagian tambahan à meminta responden menyatakan pilihan diantara aktivitas-aktivitas pasangan dan antara semua pasangan yang mungkin dari 4 butir soal dari dunia kerja.
  • 1 bagian terakhir à meminta responden untuk memberi tanda pada satu rangkaian pernyataan yang menggambarkan diri sendiri.

SDS Holland
  Klasifikasi ini diturunkan menjadi model teoritis dari Holland à membuat general occupational themes dengan identifikasi:
  • R         : realistis
  • I           : investigatif
  • A         : artistik
  • S          : sosial
  • E          : kewirausahaan
·         C         : convensional

SIKAP




Sikap didefinisikan sebagai tendensi untuk bereaksi secara menyenangkan terhadap sekelompok stimuli yang ditunjuk, seperti kelompok etnis atau kelompok nasional, adat istiadat atau lembaga (Anastasi,2007). Tiga pendekatan utama terhadap penyusunan skala sikap yang umumnya ditemui dalam kepustakaan tentang testing, yaitu:
v  Skala Tipe Thurstone
v  Skala Tipe Guttman
v  Skala Tipe Likert

Komponen sikap:
ü  Kognitifàpersepsi, pengalaman
ü  Afeksiàtindakan
ü  Perilakuàiya / tidak

Sikap berpengaruh terhadap persepsi individu, lingkungan fisik dan sosial dan pada perilaku (Albarracin et.al dalam Crano & Prislin, 2006). Sikap dapat dinyatakan sebagai konstruk hipotesis yang menyajikan tingkat ketertarikan individu disertai dengan penilaian evaluatif memadukan antara reaksi kognitif dan afektif (Crano & Prislin, 2006). Dinamika yang terjadi antar kognisi dan afeksi bersifat ambigu dan bervariasi kekuatannya yang pada akhirnya berdampak pada keyakinan atau penolakan dari konsistensi perilaku. Selanjutnya dinyatakan bahwa sikap hampir secara pasti saling tergantung dengan cara-cara yang logis, misalkan keterkaitan satu objek dengan objek lain akan mempengaruhi sikap yang terjadi (Oppenheim, 1992).
Sikap berkembang dengan berupaya mengklasifikasikan sikap, pengaruh ingatan dan judgment terhadap sikap dan efek informasi sebagai pengaruh terhadap perubahan sikap. Pada proses evaluasi terhadap objek, sikap mengacu pada hubungan antara objek dan kategori pilihan misal baik-buruk, suka-tidak suka. Sikap terdiri dari ingatan (memory) dan penilaian (judgment). Ingatan terdapat pada sikap yang ada dan ditempatkan pada ingatan permanen melalui proses kognisi sedangkan judgment terjadi pada saat terjadinya proses berpikir terhadap objek pada waktu dan tempat tertentu. Struktur sikap terdiri dari dua jenis, yaitu sikap tampak (explicit attitude) dan sikap tidak tampak (implicit attitude).
Greenwald dan Banaji (Albarracin et.al 2006) mendefinisikan sikap tidak tampak sebagai gambaran yang tidak akurat terhadap pengalaman masa lalu yang mempengaruhi perasaan tertarik-tidak tertarik, pikiran atau tindakan terhadap suatu objek. Sikap tampak mencerminkan proses evaluasi yang disadari terhadap objek, sedangkan sikap tidak tampak mencerminkan evaluasi yang tidak disadari dan bukan peran utama ketika terjadinya proses penilaian terhadap objek baik bersifat pribadi maupun sosial. Sikap dihadirkan dari ingatan sebagai kesimpulan dari penilaian yang berhubungan dengan objek (Albarracin et.al 2006).

INTELIGENSI


*      TEORI INTELIGENSI

HOWARD GARDNER 
Teori à Multiple Intelligences ( kecerdasan ganda / majemuk ).
mengemukakan 9 kecerdasan yaitu:
1.      Inteligensi linguistik (Linguistic Intelligence) à Kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata – kata secara efektif baik secara oral maupun secara tertulis. Contohnya pencipta puisi, editor , jurnalis, dramawan, sastrawan
2.      Inteligensi matematis-logis (Logical – Mthematical Intelligence) à Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika . Jalan pikiran bernalar dengan mudah mengembangkan pola sebab akibat .Contohnya matematikus, programer, logikus. 
3.      Inteligensi ruang (Spatial Intelligence) à Kemampuan untuk menangkap dunia ruang visual secara tepat dan kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat serta mempunyai daya imaginasi secara tepat. Contohnya pemburu, arsitek, dekorator.
4.      Inteligensi kinestetic-badani (Bodily- Kinesthetic Intelligence) à Kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Contohnya aktor, atlet, penari ahli bedah. 
5.       Inteligensi musikal (Musical Intelligence) à Kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk – bentuk musik dan suara, peka terhadap ritme, melodi, dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik. Contohnya komponis
6.      Inteligensi interpersonal  (Interpersonal Intelligence) à Kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan , intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain. Kemampuan yang menonjol dalam berelasi dan berkomunikasi  dengan berbagai orang. Contohnya komunikator, fasilitator.
7.      Inteligensi intrapersonal  (Intrapersonal Intelligence) à Kemampuan berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasar pengalaman diri serta mampu berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran tinggi akan gagasan – gagasan . Mereka mudah berkonsentrasi  dengan baik, suka bekerja sendiri dan cenderung pendiam. Contohnya para pendoa batin.
8.      Inteligensi lingkungan / naturalis (Naturalist Intlligence) à Kemampuan untuk mengerti flora dan fauna dengan baik, menikmati alam, mengenal tanaman dan binatang dengan baik. Contohnya, tokoh terkenal Charles Darwin.
9.      Inteligensi eksistensial  (Exixtential  Intlligence) à Kemampuan menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan – persoalan terdalam keberadaan atau eksistensi manusia. Contohnya persoalan mengapa ada, apa makna hidup ini. Tokoh terkenal seperti Plato, Sokrates.


CHARLES EDWARD SPEARMAN
Teori Dua Faktor (Two-Factor Theory)
Inteligensi terdiri dari faktor G (general factor) kecerdasan umum yang berfungsi dalam setiap aktivitas mental & faktor S (specific factors) kemampuan khusus seseorang: verbal, numerikal, mekanikal, perhatian, imajinasi, dll.

JOY PAUL GUILFORD 
·         Structure of Intellect Theory à struktur intelegensi seseorang yang banyak mengarah pada kreativitas. Bahwa kreativitas manusia pada dasarnya berkaitan dengan proses berpikir konvergen dan divergen. Konvergen adalah cara berfikir untuk memberikan satu-satunya jawaban yang benar. Sedangkan berpikir divergen adalah proses berfikir yang memberikan serangkaian alternatif jawaban yang beraneka ragam.
·         Teori Guilford menerangkan tentang inteligensi yang diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menjawab melalui situasi sekarang untuk semua peristiwa masa lalu dan mengantisipasi masa yang akan datang.
·         Belajar adalah termasuk berpikir, atau berupaya berpikir untuk menjawab segala masalah yang dihadapi.
·         Untuk itu diperlukan perilaku cerdas/inteligen, yang tentu sangat berbeda dengan perilaku noncerdas/inteligen. Yang pertama (perilaku cerdas/inteligen) ditandai dengan adanya sikap dan perubahan kreatif, kritis, dinamis, dan memiliki motivasi, sedangkan yang kedua keadaannya sebaliknya.
·         Model struktur intelektual (SI) diilustrasikan oleh Guilford dalam bentuk sebuah kubus dengan masing-masing dimensi mewakili faktor-faktor intelektual yang bersesuaian satu sama lain. Dimensi-dimensi tersebut ialah:
1.      Dimensi Konten/Isi à mencakup bidang atau tipe informasi dalam operasi yang diterapkan. Kategori-kategori dimensi konten
1.      Figural à Informasi yang berupa figur, non-verbal, atau bentuk yang menggambarkan keadaan suatu objek. Kategori figural ini kemudian dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Auditory - Informasi dirasakan melalui pendengaran.
b.      Visual - Informasi dirasakan melalui melihat.
2.      Simbolik à Informasi yang diproses di sini dapat mempunyai bentuk yang sama seperti isi figural, akan tetapi arti yang dikehendaki merupakan penggambaran objek lain, jadi memiliki maksud selain objek itu sendiri.
3.      Semantik à Informasi yang harus diproses berupa input yang disajikan secara lisan.
4.      Perilaku à Informasi berupa  tindakan individu. Isi kemampuan inilah yang dapat disamakan dengan konsep inteligensi sosial menurut  teori Thorndike.
2.      Dimensi Produk à hasil penerapan operasi tertentu untuk isi tertentu.
Menurut tingkatan kompleksitasnya terdapat enam jenis produk yaitu:
1.Unit/satuan, merupakan satu item informasi
2.Kelas, merupakan satu set item yang berbagi beberapa atribut atau produk kelas berupa respon dalam bentuk kelompok kelas.
3.Hubungan, merupakan produk yang di dalamnya terdapat koneksi antara item atau variabel, kemungkinan terkait sebagai bertentangan atau dalam asosiasi, urutan, atau analogi.
4.Sistem , merupakan sebuah organisasi item atau jaringan dengan bagian-bagian yang berinteraksi, jadi strukturnya terorganisasikan secara keseluruhan.
5.Transformasi, merupakan perubahan perspektif, konversi, atau mutasi ke pengetahuan; seperti membalik urutan huruf dalam sebuah kata.
6.Implikasi, merupakan prediksi, kesimpulan, konsekuensi, atau antisipasi pengetahuan.
3.       Dimensi Operasi
 Terdiri dari 5 jenis yaitu :
a.       Kognisi, merupakan proses penemuan suatu informasi yaitu kemampuan untuk mengerti, memahami, menemukan, dan menjadi sadar.
b.      Memori, merupakan kemampuan untuk mengkodekan informasi dan mengingat kembali informasi yang pernah diterima. Kategori memori ini dibagi menjadi:
      Memori retensi, yaitu kemampuan untukmenahan atau mengingat informasi.
      Memori reproduksi - Kemampuan untuk memproduksi kembali informasi.
c.       Pemikiran divergen, merupakan proses pikiran terhadap arah yang berbeda-beda dan beraneka ragam dari informasi yang telah ada.
d.      Pemikiran konvergen, merupakan proses menyimpulkan solusi tunggal untuk masalah.
e.       Evaluasi, merupakan proses menilai apakah jawaban yang akurat, konsisten, atau valid.

L.L THURSTONE
Primary Mental Abilities Theory à Inteligensi terdiri sekelompok faktor (primary Mental Abilities): verbal comprehension, numerical, spasial visualization, perseptual ability, memory, reasoning & word fluency.

STERNBERG
Teori Triarchis à Menggambarkan proses berpikir sebagai komponen yang diklasifikasikan menurut fungsi & sifat: 
      Meta Component: mengidentifikasi masalah, merencanakan, menunjukan perhatian dan memantau sejauh mana strategi yang dipilih tersebut bekerja. 
      Performance Component: melaksanakan strategi yang telah dipilih. 
      Knowledge Acquisition Component : menyangkut perolehan pengetahuan.

GALTON
Berdasar kemampuan sensory : informasi masuk melalui indera. Semakin mampu indera membedakan stimulus, berarti semakin tinggi inteligensi.

TES INTELIGENSI
ü  Stanford-Binet Intelligence Scale
Tes-tes dalam skala ini dikelompokkan menurut berbgai level usia mulai dari Usia II sampai dengan Usia Dewasa-Superior. Dalam masing-masing tes untuk setiap level usia terisi soal-soal dengan taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda. Bagi setiap level usia terdapat pula tes pengganti yang setara, sehingga apabila suatu tes pada level usia tertentu tidak dapat digunakan karena sesuatu hal maka tes penggantipun dapat dimanfaatkan.
Skala Stanford-Binet dikenakan secara individual dan soal-soalnya diberikan secara lisan oleh pemberi tes. Oleh karena itu pemberi tes haruslah orang yang mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup di bidang psikologi, sangat terlatih dalam penyajian tesnya, dan mengenal betul isi berbagai tes dalam skala tersebut.Skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa, karena level tersebut merupakan level intelektual dan dimaksudkan hanya sebagai batas-batas usia mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak.
Versi terbaru skala Stanford-Binet diterbitkan pada tahun 1986. Dalam revisi terakhir ini konsep tes inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes. Yaitu penalaran verbal, penalaran kuantitatif, penalaran visual abstrak, memori jangka pendek.
Penyelenggaraan tes dan Penentuan Skor menggunakan buku-buku kecil berisi kartu-kartu tercetak untuk presentasi, flip-over soal tes, objek tes misal balok, manik, papan bentuk, sebuah gambar besar boneka yang uniseks dan multietnik, buku kecil untuk tester, serta pedoman penyelenggaraan dan pen-skoran skala.

ü  The Wechsler Inteligence Scale
Skala Wechsler pertama terbit tahun 1939. Ada tiga macam skala Wechsler:
1.            WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) di tahun 1949. Banyak soal diambil langsung dari tes orang dewasa. WISC third edition Untuk usia 6-16 tahun 11 bulan.
2.            WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) di tahun 1955. Untuk usia 16-74 tahun.
3.            Wechsler Preeschool and Primary Scale of Intelligence-Revised tahun 1989. Tes ini untuk rentang usia 3-7 tahun 3 bulan.

ü  Advance Progressive Matrices
Disusun oleh J.C Raven pada tahun 1943. Tes APM terdiri dari 2 set dan bentuknya non-verbal. Set 1 disajikan dalam buku tes yang berisikan 12 butir soal. Set II berisikan 36 butir soal tes. Tes APM dimaksudkan untuk mengungkap kemampuam efisiensi intelektual. Tes APM ini sesungguhnya untuk membedakan secara jelas antara individu-individu yang berkemampuan intelektual lebih dari normal bahkan yang berkemampuan intelektual superior. Tujuannya Untuk mengatur tingkat intelegensi, di samping untuk tujuan analisis klinis.

ü  Colours Progressive Matrices
Materi tes terdiri dari 36 item/gambar. Item ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok atau 3 set yaitu set A, set Ab dan set B. item disusun bertingkat dari item yang mudah ke item yang sukar. Tiap item terdiri dari sebuah gambar besar yang berlubang dan dibawahnya terdapat 6 gambar penutup.
Raven berpendapat bahwa tes CPM dimaksudkan untuk mengungkap aspek:
1.     Berpikir logis
2.     Kecakapan pengamatan ruang
3.     Kemampuan untuk mencari dan mengerti hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagian, jadi termasuk kemampuan analisa dan kemampuan integrasi
4.     Kemapuan berpikir secara analogi. 
Tes CPM dapat digunakan untuk mengungkap taraf kecerdasan bagi anak-anak yang berusia 5 samapai 1 tahun. Di samping itu juga digunakan untuk orang-orang yang lanjut usia dan bahkan utnuk anak-anak defective.

ü  Culture Fair Intelligence Test (CFIT), Scale 2 and 3 From A and From B (Cattlel)
Buku soal dan lembar jawaban yang terpisah. Tes ini mengukur factor kemampuan mental umum (g-factor). Tes ini dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan factor kemampuan mental umum atau kecerdasan. Skala 2 untuk anak-anak usia 8-14 tahun dan untuk orang dewasa yang memiliki kecerdasan di bawah normal. Skala 3 untuk usia sekolah lanjutan atas dan orang dewasa dengan kecerdasan tinggi.

ü  The Standard Progressive Matrices (SPM)
Skala ini dirancang oleh J.C. Raven dan terbit pada tahun 1960. SPM merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-gambar.
SPM tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat atau level intelektualitas dalam beberapa kategori, menurut besarnya skor dan usia subjek yang dites, yaitu:
Grade I            : Kapasitas intelektual Superior.
Grade II           : Kapasitas intelektual Di atas rata-rata
Grade III          : Kapasitas intelektual Rata-rata.
Grade IV          : Kapasitas intelektual Di bawah rata-rata.
Grade V           : Kapasitas intelektual Terhambat.

ü  The Kauffman Assesment Battery for Children (K-ABC)
K-ABC dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan pengetesan bagi kelompok-kelompok khusus, seperti anak-anak cacat dan anak-anak dari kelompok minoritas kultural dan bahasa, dan untuk membantu diagnosis ketidakmampuan belajar.
Terfokus pada pengolahan informasi. K-ABC merupakan rangkaian tes yang relatif baru yang diperuntukkan bagi anak-anak usia 2,5 sampai 12,5 tahun.
Skala-skala inteligensi dalam baterai ini adalah:
·         Sequential Processing Scale à yaitu skala yang mengungkap kemampuan memecahkan permasalahan secara bertahap dengan penekanan pada hubungan serial atau hubungan temporal di antara stimulus.
·         Simultaneous Processing Scale à skala yang bertujuan mengungkap kemampuan anak memecahkan permasalahan dengan cara mengorganisasikan dan memadukan banyak stimuli sekaligus dalam waktu yang sama.
Baterai dalam skala ini juga menyajikan kombinasi Sequential dan Simultaneous Processing yang masing-masing disebut Mental Processing Composite Scale, Achievement Scale, dan Non-verbal Scale.

ü  Kaufman Addolesent And Adult Inteligence Test (KAIT)
Tes ini dirancang untuk usia 11 hingga 85 tahun atau lebih. Tes ini menampilkan upaya untuk mengintegrasikan teori tentang inteligensi cair dan kristal. Skala yang dikristalisasikan mengukur konsep-konsep yang didapat dari proses sekolah dan akulturasi. Skala cairan mengukur kemampuan untuk menyelesaikan problem-problem baru. Soal-soal dalam tes ini cenderung menuntut semacam penyelesaian masalah dari pikiran operasional formal Piaget dan fungsi-fungsi evaluatif perencanaan yang menjadi ciri pemikiran orang dewasa. 

ü  Kaufman Brief Inteligence Test (K-BIT)
Tes ini mencakup usia 4 hingga 90 tahun. Tes ini dirancang sebagai instrumen penyaringan yang cepat untuk memperkirakan tingkat fungsi intelektual.